SPONSOR

Senin, 01 Desember 2008

Artikel Abu Najwa


Abdullah Rasyid mengatakan ada 3 macam keadaan manusia dalam mengingat mati, yaitu : Pertama : Orang yang tidak ingat sama sekali kepada mati. Orang ini tidak ingat akan kematian bahkan tak terbayang dalam fikirannya, seakan-akan mati itu tak pernah ada dan ia akan hidup selamanya, orang inilah yang sangat merugi. Orang seperti ini baru akan ingat mati karena mengingat kepada anak atau hartanya. Dia hanya sibuk memikirkan bagaimana kelak anaknya jika dia telah mati, bagaimana harta kekayaan jika ia telah meninggal, atau siapa yang akan menjadi kekayaan jika ia telah meninggal, atau siapa yang akan menjadi suami baru istrinya kalau dia telah tiada. Kedua : Orang yang ingat kepada mati dengan perasaan sangat ketakutan. Orang seperti ini bila ingat kepada mati sangat ketakutan, takut kalau-kalau mati segera datang sehingga dia gemetar tubuhnya. Dia takut naik kendaraan, kalau-kalau tabrakan, takut bergaul kalau-kalau terkena penyakit menular. Bagi orang seperti ini segala nikmat Tuhan akan menjadi bencana. Kedudukan tinggi, gajinya besar, anaknya banyak, rumahnya indah dan sebagainya, semuanya justru akan menmbah takutnya menghadapi kematian. Orang yang pertama dan kedua tersebut adalah orang yang sempit pandangan hidupnya. Orang seperti ini dalam perjalanan hidupnya benar-benar telah tertipu dengan keadaan dunia, dan merasa bahwa hidup di dunia itulah yang paling beruntung, dan takut menghadapi akhirat. Ketiga : Orang yang ingat kematian dengan akal budi. Orang seperti ini akan menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sebagai ladang tanaman yang hasilnya akan dipetik setelah mati. Mengingat mati akan menyegerakan bertaubat dan memperbanyak amal-amal shaleh sebagai bekal hidup nanti. Orang seperti ini menganggap kematian itu sebagai saat bahagia karena telah terlepas dari perbudakan dunia. Orang ini tidak berat meninggalkan dunia. ( Q.S. Lukman: 33 )
33. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. Kunjungi www.dunia-bawah.blogspot.com

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites